Indonesia berduka, kota Jakarta
menjadi sorotan publik akibat bencana banjir yang menimpa sejak seminggu lalu. Banjir
di wilayah Jakarta yang terjadi sejak Selasa 15 Januari 2013 hingga sekarang
telah menimbulkan korban jiwa, kerugian, dan kerusakan pada banyak sektor.
Curah hujan yang tinggi dalam
beberapa hari terakhir membuat volume air bertambah. Sungai dan waduk meluap.
Tanggul pun jebol karena tak mampu menahan banyaknya air. Namun, banjir
seharusnya tak terjadi hanya karena intensitas hujan yang tinggi itu.
Faktor utama, berubahnya ruang
terbuka hijau di Jakarta menjadi kawasan pembangunan, seperti permukiman,
gedung, dan jalan. Resapan air hujan menjadi berkurang dan akhirnya air
mengalir ke jalanan. Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembarangan memperparah
resiko banjir di Jakarta.
Musibah banjir ini bukan hal yang
tabu lagi di Jakarta. Setiap tahun jika intensitas curah hujan tinggi banyak
daerah di jakarta seperti Kampung Melayu, Jakarta Timur. Merupakan daerah
langganan banjir karena dekat dengan sungai ciliwung dan masih banyak warga
yang tinggal di bantaran sungai.
Jakarta sebagai pusat
pemerintahan tidak mempunyai sistem drainase yang baik. Dengan pusat pemerintahan
dan padatnya penduduk seharusnya Jakarta siap menghadapi segala bentuk ancaman
atau bencana yang akan terjadi.
Rencana Gubernur DKI Joko Widodo
untuk membangun Deep Tunnel mungkin bisa mengatasi persoalan banjir. Namun,
jika pola hidup dan perilaku masyarakat Ibu Kota masih membuang sampah
sembarangan pasti akan sia-sia karena sampah yang dibuang akan mengendap di dalam
terowongan tersebut dan memunculkan masalah baru.
Jadi, mulai saat ini masyarakat
umumnya harus bisa menjaga kebiasaan buruk untuk lingkungannya. Jangan ketika
banjir datang hanya pemerintah yang disalahkan. Pemerintah tidak akan bekerja
secara optimal jika warganya masih mempunyai kebiasaan buruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
comment disini