Kamis, 24 Januari 2013

Ulah Manusia dan Alam Berbicara, Jakarta "Lautan" Coklat




Indonesia berduka, kota Jakarta menjadi sorotan publik akibat bencana banjir yang menimpa sejak seminggu lalu. Banjir di wilayah Jakarta yang terjadi sejak Selasa 15 Januari 2013 hingga sekarang telah menimbulkan korban jiwa, kerugian, dan kerusakan pada banyak sektor.

Curah hujan yang tinggi dalam beberapa hari terakhir membuat volume air bertambah. Sungai dan waduk meluap. Tanggul pun jebol karena tak mampu menahan banyaknya air. Namun, banjir seharusnya tak terjadi hanya karena intensitas hujan yang tinggi itu.

Faktor utama, berubahnya ruang terbuka hijau di Jakarta menjadi kawasan pembangunan, seperti permukiman, gedung, dan jalan. Resapan air hujan menjadi berkurang dan akhirnya air mengalir ke jalanan. Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembarangan memperparah resiko banjir di Jakarta.


Musibah banjir ini bukan hal yang tabu lagi di Jakarta. Setiap tahun jika intensitas curah hujan tinggi banyak daerah di jakarta seperti Kampung Melayu, Jakarta Timur. Merupakan daerah langganan banjir karena dekat dengan sungai ciliwung dan masih banyak warga yang tinggal di bantaran sungai.

Jakarta sebagai pusat pemerintahan tidak mempunyai sistem drainase yang baik. Dengan pusat pemerintahan dan padatnya penduduk seharusnya Jakarta siap menghadapi segala bentuk ancaman atau bencana yang akan terjadi.

Rencana Gubernur DKI Joko Widodo untuk membangun Deep Tunnel mungkin bisa mengatasi persoalan banjir. Namun, jika pola hidup dan perilaku masyarakat Ibu Kota masih membuang sampah sembarangan pasti akan sia-sia karena sampah  yang dibuang akan mengendap di dalam terowongan tersebut dan memunculkan masalah baru.

Jadi, mulai saat ini masyarakat umumnya harus bisa menjaga kebiasaan buruk untuk lingkungannya. Jangan ketika banjir datang hanya pemerintah yang disalahkan. Pemerintah tidak akan bekerja secara optimal jika warganya masih mempunyai kebiasaan buruk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

comment disini